Selasa, 10 Februari 2009

Cerita Rakyat : Prahara di Bumi Pati

V

PRAHARA DI BUMI PATI

WASIS JOYOKUSUMO II

Hubungan baik terjalin kembali setelah terdahulunya Pragola I mengadakan pemberontakan terhadap Mataram. Perkawinan adalah sangat efektif digunakan untuk menyatukan dua wilayah yang bertikai, Joyo Kusumo menikah sama adik Sultan Agung. Kerukunan ini terjalin untuk memperluas kekuasaan Mataram di tanah Jawa.

Wasis Joyo Kusumo II mau melamar Putri pengusaha kaya dari Jepara. Ia melamar dengan mengirimkan dua ekor gajah ditambah dengan tiga sampai empat orang terkemuka yang membawa emas,perak, bahkan pakaian yang berharga dan sirih. Akan tetapi peminangan ini ditolak karena gadis tersebut telah dipinang oleh orang lain. Sehingga dibawa pulang seperangkat lamaran kembali ke Pati.

Joyo Kusumo marah, ia mengirimkan beberapa prajurit untuk menyerang rumah orang kaya tersebut. Hal ini didengar oleh Kiai Demang Laksamana kemudian membantu orang kaya tersebut dengan membawa pasukan bersenjata dan seseorang pembesar Jepara juga membantu membawa beberapa prajurit.[1] Mereka bergabung mengantisipasi bahwa Pati akan menguasai daerah-daerah lain sekitarnya. Kia Demang juga mengirim istrinya menghadap ke Mataram guna melaporkan bahwa telah terjadi penyerbuan di wilayah Jepara untuk memperebutkan seorang gadis cantik asal Jepara selain itu juga akan menundukan wilayah Jepara.

Laporan ini membuat Raja Mataram hati-hati sehingga ia mengirimkan telik sandi ke Pati, untuk mengetahui sepak terjang Adipati Joyo Kusumo, laporan yang diterima sesuai dengan apa yang pernah dilaporkan istri Kyai Demang bahwa Pati sedang menyusun kekuatan. Raja Mataram segera mengirimkan pasukan ke Pati.[2] Pasukan ini sebenarnya akan dipersiapkan untuk melawan Surbaya. konsentrasi Mataram sedang disibukan dengan penumpasan Surabaya.. Tapi dialihkan menuju ke wilayah Pati guna mencegah terjadinya pemberontakan di wilayah tersebut.

Perang saudara ini bisa dicegah dengan mengadakan perkawinan politik antara anak Sultan Agung dengan anak Joyo Kusumo, dan ini sangat efektif untuk meredam pemberontakan di Wilayah Pati. Pasukan Mataram kemudian dialihkan kembali ke penyerangan Surabaya Disamping itu juga untuk mencegah terjadinya pemberontakan wilayah, Pati salah satu kekuatan yang menjadi perhitungan politik Sultan Agung, sehingga harus dipertahankan supaya tetap mendukung Mataram.

Adi pati Joyo Kusumo gagah berani tampil sebagai pemimpin wilayah Pantai, mereka mengumpulkan Penguasa Utara di Juana. Bahkan ketika pengirimin pasukan untuk menyerang Surabaya ia menjadi panglimanya menggantikan Adipati Sujanapura yang gugur dalam pertempuran. Adipati Joyo Kusumo juga ikut dalam menumpas Pemberontakan Tuban. Ia bersama Lasem bahu membahu untuk menundukan kekuatan dan strategi perang Tuban dengan besar-besaran,. sedangkan palimanya Adipati Matralaya lebih senang menunggu musuh daripada menyerang dahuluan. Joyo Kusumo juga pernah menjadi panglima yang gagah berani. Ia bahu membahu dengan pasukan Tumenggung Alap-alap

Setelah penyerangan Surabaya selesai, penarikan pasukan kembali ke wilayahnya masing-masing. Temenggung Endranata mulai kasak-kusuk di dalam Keraton Mataram, ia menterjemahkan mimpi Sultan Agung, tentang kedatangan seorang berbaju putih yang mengharuskan menyingkirkan empat orang terkemuka yang dapat menjadi duri dalam daging di Mataram. Temenggung Endratara membisikan siapa saja yang menjadi penghalang Sultan Agung.

Adipati endranata melemparkan isyu bahwa Pati akan mengadakan penyerangan terhadap Mataram.. Pargola memperluas wilayahnya dengan mengangkat enam Bupati MangunJaya, Kanduruwan,Raja Menggala, Toh Pati, Sawunggaling dan Sindurejo. Mereka ia bersumpah sampai titik darah penghabisan

Raja Sultan Agung memanggil beberapa adipati menghadap ke Mataram, raja menanyakan kenapa Adipati Pragola tidak menghadap. Temenggung Endranata menerangkan bahwa Pati tengah menyusun kekuatan dengan penguasa-penguasa pantai utara, kecuali Demak yang masih setia kepada Mataram, hal ini membuat murka Sultan Agung.

Raja mengatur pasukan sebelah kanan yang dipimpin Adipati Matralaya membawai pasukan Mancanegara, pasukan ini bermukim di Pekuwon Juwana. bagian timur sebelah kiri Pangeran Sumedang yang memimpin bagian barat. Orang-orang Madura memimpin bagian tengah, dibelakang itu rakyat dari Kedu, Bagelan dan Pemijen, pasukannya mendirikan benteng pertahanan di kaki Gunung Kendeng, di daerah Cengkal Sewu sebelah selatan Pati. Terakhir keluarga Raja yang memimpin pasukan-pasukan Pamejagan mataram. Pengawal pribadi terdiri dari 2.000 prajurit semua kapendak yang ada diantara mereka harus mengikuti raja.

Pasukan mengepung melewati Pajang dan Taji sehingga banyak penduduk berlarian menuju ke Kota Pati. Kadipaten Pati dikepung prajurit dari segala penjuru, pasukan telik sandi Pati melaporkan bahwa ada gerakan dari pasukan menuju Pati yang dipimpin langsung oleh Sultan Agung. Adipati Pati mengumpulkan rakyatnya yang masih setia untuk berkumpul menyelenggarakan pesta. Untuk pengikutnya yang setia sebab esok akan mengadakan pertempuran habis-habisan.

Pasukan Pati mengenakan pakaian yang sama hitam-hitam, sedangkan rakyat berpakaian seadanya. Mereka berkumpul menunggu Adipati Pragola yang sedang siap-siap, ia mandi, mengenakan baju yang sangat bagus, melengkapi diri dengan pakaian-pakain pusaka (Kere Wojo), dan jimat pusaka.

Adipati Pati bersama pasukannya menuju sector kanan, Serangan Pati ditujukan pada sayap kanan pasukan Mataram yang berada dibawah pimpinan Matralaya, dalam pasukan itu juga ada Adipati Endranata berada. Pihak Mataram mengalami kekalahan besar, dihajar dengan pasukanPati dengan kekuatan penuh, sehingga pasukan Mataram ditarik mundur sampai daerah perbatasan. Sisa-sisa Pasukan Mataram kocar-kacir menyelamatkan diri, misalnya Raja Niti, Mangun Oneng dan Kertajaya. Mataram lari ke Kunduruan, Pasukan Mataram meminta pertimbangan dengan Eyang Kunduruan agar membantu pasukan Mataram, namun Eyang tidak mau sehingga terjadi penyerbuan di kenduruan. Eyang Kunduruan telah siap dengan pasukan penuh ditambah Pasukan dari Adipati Pati. Mereka bahu-membahu memukul Pasukan Mataram, Pasukan Eyang Kunduruan mengusir Pasukan Mataram sampai di luar desa.

Melihat kemenangan di tangan Adipati Pati Pragola, dalam pertempuran ini Temenggung Endranata melarikan diri dan membelot ke Pasukan Pati. Juga pusat dan sayap kiri pasukan Mataram menderita kerugian besar, Pasukan Sawung Galing berhasil memporakporandakan pasukan inti Mataram, sehingga hanya keluarga Raja dengan 2000 pengawal yang masih bertahan.

Adipati Pragola mengobrak-abrik strategi Kalajengking, dia menyerang Pasukan tengah menuju ke arah Susuhunan. Pasukan Temenggung Singanaru dihajar habis-habisan sehingga seluruh anak buahnya tewas, Temenggung Singanaru berlari menyelamatkan diri, ia kehilangan seluruh anak buahnya, sehingga menimbulkan keadaan darurat.

Pasukan Adipati Pati terlena, setelah memenangkan pertarungan, sehingga dia menarik pasukan Pati kembali ke markasnya, pengejaran terhadap Pasukan Mataram hanya sampai di tapal batas saja. Mereka tidak mengejar lagi karena menduga sisa Pasukan Mataram kembali ke Yogyakarta.

Raja Mataram memerintahkan mundur semua pasukan, untuk menyusun kembali Pasukan Mataram yang tersisa. Banyak Pasukan Mataram yang kocar-kacir kehilangan induk semangnya. Sultan Mataram memerintahkan Pasukan Mataram yang ada di tiga sector, sayap kanan, kiri dan tengah untuk tidak melakukan serangan, ditahan dulu pasukannya menunggu komando berikutnya.

Raja Mataram di dalam hutan, mengumpulkan para pemimpin pasukan untuk mengkaji ulang strategi perang, dan untuk menemukan stategi baru untuk menundukan Pati. kemudian memukul gong pusaka Kiai Bicak, tetapi tidak berbunyi. Ia kehilangan semangat dan berdoa kepada Allah, setelah itu gong berbunyi lagi dengan suara nyaring, ini menggobarkan semangat para prajurit Mataram, yang tadinya sudah mundur. Sekarang mereka maju lagi untuk bertempur.

Sisa Pasukan Mataram yang bertahan ditapal batas, dan pasukan yang masih di hutan Jepara, Purwodadi, Kudus bergabung kembali dengan Pasukan Sultan Mataram, setelah telik sandi menginstruksikan untuk segera merapat dan bertemu dengan pasukan Sultan Mataram, sambil menunggu bantuan dari Kerajaan Mataram yang akan menyerbu Surabaya, untuk dialihkan dahulu membantu Pasukan Mataram yang mau menyerang Pati.

Meskipun demikian, Adipati Pragola masih yakin akan kemenangannya. Ia mengadakan pembunuhan besar-besaran pada pihak Mataram. Raja Mataram segera mengirim pasukan tambahan dan mengarahkan pengawal dan keluarganya, yang dipimpin oleh Pangeran Purbaya dan keluarganya. Mereka merapat bergabung dengan sisa pasukan Mataram dengan menggunakan strategi kombinasi, mengecoh pertahanan Pati. Pasukan Mataram bergerak melawan Adipati Kunduruan di daerah Selatan, Prawirataruna, Temenggung Toh Pati dan Tumenggung Mangunjaya bertahan di arah timur, Tumenggung Sindurejo dan Raja Menggala bertahan di sector Barat melawan gempuran Pasukan Tumenggung Alap-alap. sedangkan Pasukan Tumenggung Sawunggaling kocar-kacir melawan pasukan inti, ia tertangkap Pasukan Mataram dan di ekskusi ditempat.

Meskipun demikian, Adipati Pragola dengan semangat menyala-nyala maju ke depan, tetapi Raja Mataram menyerahkan tombak Kiyai Baru kepada Lurah Kapedak, Naya Derma. Tepat ketika raja sekali lagi memukul gongnya Naya Derma menusuk Pragola sehingga mengakibatkan luka ringan sebelah kiri. Pargola jatuh dari kudanya kemudian ia bangkit, dan memacu kudanya keluar dari kepungan Pasukan Mataram. Dia berlari untuk merawat lukanya, ditengah jalan kudanya berhenti dan ia meninggal dunia di Sendang Sani. Mendengar Adipati Pragola wafat. Temenggung Endranata dan pasukannya membelot, menganggap ini suatu alasan untuk kembali ke Pasukan Mataram. Semua pasukan Pati dimusnahkan, juga mereka yang ditangkap hidup lebih suka memilih mati.

Raja memerintahkan agar jenazah Pragola ditegakan dan jimat-jimatnya diambil. Melihat percikan darah pada Kiai Baru, raja mengerti bahwa adiknya terbunuh dengan senjata itu.

Sementera itu Tumenggung Mangunjaya melarikan diri ke dalam istana dan menyampaikan berita kekalahan kepada para wanita disana juga kepada empat menteri jaga : Sura Prameya, Rangga Jaladra, Sura Antaka dan Pengalasan. Mereka bertempur terus sampai mati dengan 200 prajurit yang masih ada. Ini dilakukan dialun-alun, hanya Mangunjaya yang membawa berita kekalahan kepada para wanita, mereka cepat berlari meninggalkan Kadipaten Pati menuju ke Gunung Prawata. Melalui pintu belakang bersama putra mahkota yang masih muda.

Temenggung Alap-alap dengan beberapa pasukannya mengobrak-abrik Pasukan Pati, mereka merampok istana dan menguras habis istana bersama dengan pengikut-pengikutnya, kekayaannya dirampas dan rumahnya dibakar diratakan dengan tanah. ia memerintahkan untuk membawa para wanita ke Mataram.[3]

Sultan Mataram bertemu dengan adiknya yang juga istri Pragola, ia bertanya kenapa Pati harus memberontak terhadap Mataram, janda Pragola menceritakan bahwa Sultan Mataram dan Pragola Pati diadu domba oleh Adipati Endranata. Raja Mataram marah besar, sehingga ia memerintahkan Martalulut dan Singanegara untuk membunuh Adipati Endranata dan dipertontonkan ususnya di Pasar Gede.[4]

RORO MENDUT & PRANACITRO

Pasukan Mataram berhasil membumi hanguskan Kadipaten Pati. Tembok-tembok sebagai benteng runtuh di hancurkan Mataram. Semua harta kekayaan Kadipaten Pati di rampas di bawa pulang ke Mataram.[5] Termasuk boyongan gadis-gadis cantik dari pesisir pantai utara jawa.

Temenggung Wiroguno merupakan salah satu temenggung yang ikut dalm penyerangan Kadipaten Pati, ia memperoleh hadiah putri boyongan dari Pati, yakni Roro Mendut yang masih belia dan jelita. Tetapi Roro Mendut tidak sudi diperistri Wiroguno yang sudah renta itu.

Roro Mendut adalah seorang gadis cantik sehingga banyak pemuda-pemuda naksir kepadanya. Roro Mendut berpacaran dengan pemuda Pati Bernama Bagus Kemuda. Ada juga seorang pemuda asal Madura yang tinggal di Pati bernama Kuda Panoleh, yang mencoba mengganggunya. Namun rasa cintanya kandas karena ia menjadi boyongan Temenggung Wiroguno akibat Kadipaten Pati kalah perang.

Temenggung Wiroguno mencintai Roro Mendut, sehingga ia dibuatkan kaputren untuk ditinggali dengan mbok Mbannya. Roro Mendut selalu bermuram durja karena harus berpisah dengan kekasihnya yang harus mati ditangan orang-orang Mataram. Kesedihannya makin memuncak tatkala ia harus dibawa oleh Temenggung Wiraguno, orang Mataram yang telah merebut kebahagiaanya.

Roro Mendut tidak kuat menahan perasaannya, ia berencana untuk melarikan diri dari Kadipaten, untuk lepas dari cengkraman Temunggung Wiroguno. Pada suatu malam ia Berkemas-kemas mau minggat dari Kaputren.

Roro Mendut menjadi pelarian yang terus dikejar-kejar oleh Temunggung Wiroguno, berpindah-pindah tempat menghindari pasukan Temenggung Wiroguno, sehingga ia harus menyamar sebagai kawulo alit agar tidak dapat dihendus oleh telik sandi temenggung Wiroguno.

Ia memilih berjualan rokok di pinggir jalan yang ternyata laris sekali. Meski harga puntung rokoknya jauh lebih mahal dari pada rokok yang masih utuh, namun ternyata peminatnya justru membludak.

“Hai Roro Mendut mengapa sampai demikian ?” Tanya seorang pembeli yang amat penasaran.

“mau tahu sebabnya?, tentu saja karena puntung rokok itu bekas kena bibirku dan telah leceh dengan air ludahku yang manis dan harum!” jadi tegasnya, semakin pendek puntung bekas hisapan bibir sensual si Mendut, semakin nikmat citra rasanya. Puntung tersebut cukup lama dalam jepitan bibir hangat berliur.

Beberapa waktu kemudian, ia bertemu dengan salah seorang pelanggannya yang masih muda, gagah, tampan dan kaya. Pemuda tersebut Pranacitra, anak lelaki Janda Singobarong. Kemudian keduanya saling mabuk kepayang, bahkan sampai ke puncak asmara yang paling tinggi. Namun perselingkuhan mereka kepergok juga oleh Ki Wiroguno. Mereka diburu serta tertangkap di pinggir Kali Opak (sungai Opak) yang sedang banjir. Akhirnya Pranacitro tewas diujung keris Ki Tumenggung Wiroguno. Rara Mendut ikut Bela-Pati dengan menubrukkan badannya pada keris yang masih berlumuran darah dalam genggaman Tumenggung Wiroguno..”



[1]Pasukan Joyo Kusumo mengirim 3000 prajurit untuk menyerang rumah orang kaya tersebut. Hal ini didengar oleh Kiai Demang Laksamana kemudian membantu orang kaya tersebut dengan membawa 400 orang bersenjata dan seseorang pembesar Jepara membawa 300 prajurit.

[2] Pasukan Mataram terdiri dari 30.000 personil.

[3] Tumenggung Alap-alap bersama 1.000 prajurit merampok keraton Pragola yang masih dipertahankan 200 orang dan merampas wanita-wanitanya. Para wanita priyayi harus diangkut dengan tandu.

[4] Ada versi lain bahwa Adipati Alap-alap melakukan bumihangus di kadipaten pati, sehingga istri Pragola Pati, lari dikejar sampai ke barat Desa Puri, maka Desa itu dinamakan Matraman.

[5] Cerita ini sebenarnya berawal dari Karya sastra seorang Pujangga Keraton Kartosuro, pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwono II (1727-1749), bernama R. Ngabehi Ronggo Janur, berjudul Serat Pranacitro.



SILSILAH ADIPATI PRAGOLA

(Versi Tutur Tinular)

Brawijaya V X Bodri Cemoro

(Bhre Kertabhumi) (Dayang)




Ki Ageng Tarub I




Nawangsih X Bondan Kajawan




Getas Pandawa X Putri Sunan Bejagung

(Dyah Depok)

Roro Kasihan X Sunan Ngerang Ki Ageng Selo









Dewi Rarayano X Sahid Kusumastuti Ki Ageng Genis

Sunan Muria I

Dewi Pujiwati




Kembang Jaya Sukmayana Ki Ageng Pemanahan

(Versi Babad Tanah Jawi)

Brawijaya V X Bodri Cemoro

(Bhre Kertabhumi) (Dayang)




Ki Ageng Tarub I




Nawangsih X Bondan Kajawan




Getas Pandawa X Putri Sunan Bejagung

(Dyah Depok)

Roro Kasihan X Sunan Ngerang Ki Ageng Selo










Ki Ageng Pati Ki Ageng Genis

(Ki Gede Cermo)

Ki Penjawi Ki Pemanahan

Kembang Joyo

Adipati Pati I




Jaya Kusuma I Rara Sari X Sutawijaya

(Panembahan Senopati)

Mas Jolang

(Panembahan Hanyakrawati)




Jaya Kusuma II X Ratna Sari Masrangsang

(Sultan Agung)

18 komentar:

  1. jne ceritomu sae mas,,,tpi terahire critamu melecahkn roro mendot...dadi ra pas nek smpean ngaku wong pati bumi mina tani..ngisin ngisini wong pati...

    BalasHapus
    Balasan
    1. karya Sastra ini di tulis R. Ngabehi Ronggo Janur, dan begitulah ceritanya, apa sampean udah baca cerita? siapa Roro Mendut sebenarnya? fiktif atau tokoh Rekayasa Kartosuro? apakah ada versi cerita Roro Mendut Non Istana Sentris?

      Hapus
  2. ngabdul udah baca cerita Roro Mendut??

    BalasHapus
  3. Pak Noer.. bisakah menampilkan keturunannya Adipati Pargola 1 dan 2.. makasih

    BalasHapus
  4. sak benere? sing bener cerito penyerangan Sultan Agung iki perang karo PRAGOLA 1 dudu kro Pragola 2. Akhir cerita PRAGOLA 1 terus ngejar pasukan Mataram sampai di daerah Gunung Pati, sampai lama pasukan Mataram tdk berani menyerang Pragola 1 sampi akhirnya Pragola 1 bersumpah akan menunggu pasukan Mataram di daerah itu. Maka daerah itu disebut PLALANGAN. Sampai akhirnya Pragola 1 atau Kyai Pati wafat. Makanya daerahitu disebut Gunung Pati kecamatan Boja kab Kendal. Disitu di makamkan Kyai Pati / Pragola 1 dan Nyai Pati. Disebelah utara juga ada makam Sapi Pragola yg kecepatan larinya tak kalah dgn kuda..

    BalasHapus
  5. makam PRAGOLA 1 sdh ditelusuri oleh SUKAWI SUTARIP wlikota Semarang asli Jakenan Pati. Terus dibangunkan cungkup. Juga sdh pernah di ziarahi oleh Haryanto bpk Bupati pati lalu dibangunkan jalan paving. Bila ada warga Pati yg berkunjung atau ziarah ke Makam Pragola 1 akan merasakan lindu halus yg berirama. Bila anda tdk merasakan patut dipertanyakan keaslian keturanan asli Pati anda...hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya ada kaya gerakan bumi kok ada lindu

      Hapus
  6. maka salah lah bila cerita ini menyebutkan kalau Pragola 1 berkuda sampai ke sendang sani terus wafat. Itu cerita Ptagola 2. Makanya ada bukti nyata bahwa Babad Pati yg jenengan ungkap dicerita di atas mungkin sudah di rekayasa oleh Kolonial Belanda. Terutama sejak perang Diponegoro 1830 banyal cerita atau babad bahkan serat yg dirubah oleh Belanda dengan tujuan menghapuskan sejarah yg ada dan memutuskan rangkaian sejarah yg ada di bumi Indonesia.
    Maka ada pula bukti sejarah bahwa di abad 18 banyak usaha Belanda utk menghilangkan manuskrip. kitab. senjata dgn cara diangkut ke Belanda.
    mungkin bisa anda sedikit teliti kalau membaca babad atau serat atau manuskrip lama/kuno anda lihat dulu di kertas nya ada nggak logo VOC. Bila ada pàsti babad / manuskrip itu sdh di ubah oleh Belanda

    BalasHapus
  7. bahkan ada yg menyatakan " Panembahan Senopati berangkat untuk menumpas
    Pragola. Menurut Babad Tanah Jawi , Ratu Mas sudah
    merelakan kematian adiknya. Pertempuran terjadi di
    Prambanan. Pasukan Pragola kalah dan mundur ke Pati.
    Panembahan Senopati mengejar dan menghancurkan
    kota itu. Akhirnya, Adipati Pragola pun hilang tidak
    diketahui nasibnya." ...

    Ini sebenarnya tdk benar. Pernah diteliti oleh gabungan peneliti Jogja bekerjasama dg UGM bahwa disekitar Prambanan terjadi perang itu pun tdk terbukti. Bila ditempat itu ada atau pernah terjadi perang pasti ditemukan banyak keris atau tombak atau anak panah...

    BalasHapus
  8. saya lebih cenderung percaya perang antara pati dan mataram adlah jaman Adipati Pragola I ,

    BalasHapus
  9. Mas, Nyai Gede Pati isteri Ki Panjawi/ibunda Pragola I itu siapa nama aslinya dan berasal dari mana?

    Nuwun

    BalasHapus
  10. Pie leh.. Pragola1 iku wasisjoyokusumo1 anake ki penjawi seng perang karo panembahan senopati, lha pragola2 iku seng perang karo sultan agung.mas nek cerito iku seng jelas .. 1 opo 2 ,, kabeh2 joyokusumo karo pragolo

    BalasHapus
  11. Tapi yg jelas ada benar itu Sultan Agung yg memerintahkan menyerang Pati

    BalasHapus
  12. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembicaraan:Rara_Mendut:_Sebuah_Trilogi

    BalasHapus
  13. kata mbahku aku masih keturunan adipati pragola. kalo ada yg tau dan punya silsilah lengkapnya sampai buyut tik gelarnya aku lupa bisa kasih tau nggak

    BalasHapus
  14. kata simbahku aku masih keturunan adipati pragola . kalo ada tau silsilah lengkapnya sampai buyut tik ndaktau aku gelarnya pernah dikasih tau tapi lupa bisa bantu nggak yaa. tolong

    BalasHapus
  15. pati terbaek dah dalam oral history...buktinya jadi karisidenan..ya gak ?

    BalasHapus